Digital
Mindset di Masa New Normal
Oleh:
DewiRo
Belajar
dengan professor satu ini memang mengasyikkan, walau hanya lewat chanel youtube
dan webinar menggunakan zoom. Yang diselenggarakan
antara PGRI, penerbit Andi dan Ekoji chanel akademi. Webinar kali ini selain nara
sumber Prof. Dr. Richardus Eko Indrajit, ada ketua umum PGRI Prof Unifah, dari
penerbit Andi Jogja Bapak Joko Irawan Mumpuni, si cantik Non Dwinita, Om Jay
dan para penulis muda besutan prof Eko, beserta 166 peserta webinar, yang live
lewat zoom dan lainnya melalui chanel Youtube.
Kali
ini, temanya sangat keren dan sangat relevan dalam masa pandemi dengan Pembelajaran
Jarak Jauh. Judulnya adalah mengenai Digital
Mindset di Masa New Normal, yang di fokuskan digital mindset untuk
pendidik, untuk guru, dosen, orang tua, para
instruktur, pemerhati pendidikan dan lain sebagainya. Dengan studi kasus,
“guru penulis kilat.”
Apa
yang di maksud dengan Digital Mindset?
Digital
Mindset adalah berfikir secara digital, dalam menghadapi berbagai issu dan
tantangan pemecahan masalah, sehingga mendapat solusi yang efektif, kreatif,
inovatif dan disruptif.
Dalam
masa saat pandemi ini, tentunya untuk menghadapi masa new normal atau
menghadapi tatanan hidup baru di masa pandemi, kita harus berani mencoba
berpikir secara digital, menghadapi berbagai isu dan tantangan dalam pemecahan
masalah, sehingga diperoleh solusi yang efektif, kreatif, inovatif dan cenderung
disruptif.
Sekarang
ini, situasi serba sulit dalam segala sektor krhidupan. namun yang namanya
pendidikan harus tetap berjalan terus, ilmu berkembang terus, apa yang harus
kita lakukan, sebagai seorang pendidik?
Dalam
menghadapi permasalahan ini, kita harus cari solusi, tapi secara efektif,
kreatif, inovatif dan cenderung disruptif. Adanya fenomena digitalisasi, jadi
semua hal yang bisa dipindah dalam bentuk file, seperti buku bisa jadi file
dengan e-book, video dalam bentuk file, bisa berupa chanel youtube, termasuk
pertemuanpun mengunakan digital mindset dengan webinar, maka kita bertemu dalam
bentuk elektronik. Itu semua bisa dilakukan atau menjadi solusi bagi
permasalahan yang kita hadapi.
Seluruh profesii harus memiliki digital mandset,
jika ingin berhasil dan tetap relevan dengan kondisi zaman yang dinamis,
seperti sekarang ini. Contoh Go-jek dan
sejenisnya, lahir karena digital mindset, e-learning lahir karena adanya
digital mindset, pertemuan yang sering kita lakukan dengan vicon menggunakan
webex, zoom, google meet dan lainnya. ini juga adanya pemikiran digital
mindset. Melihat berbagai karya-karya lain, seperti Bukalapak dan sejenisnya,
itu juga berpikir kreatif, inovatif secara digital sehingga memberikan manfaat
bagi kita semua, walau cenderung desruktif.
Dari
semua profesi harus memiliki digital mindset.
Khususnya, yang paling utama adalah guru, karena semua masyarakat semuanya
dibimbing oleh guru, anak sebagai generasi penerus/ generasi muda, lahir dari
sekolah, guru yang memiliki digital mindset, bisa menularkan pikiran kreatif,
inovatif nya, kepada para siswa dan masyarakat semua.
Ada
5 ciri sederhana dalam digital mindset, untuk kalangan pendidik atau guru.
1. Digital
Mindset pertama
a. Dulu
: Murid/kita menunggu ilmu
diberikan oleh pihak lain/guru.
b. Sekarang:
Menjemput ilmu secara mandiri dan independen.
Artinya kalau masa lalu, kita hanya menunggu ilmu yang
diberikan oleh guru atau pihak lain, kita menunggu diajarain, karena
keterbatasan pengetahuan dan tehnologi. Sedangkan dengan adanya perubahan digital mindset, sekarang, murid
atau siapapun bisa menjemput, mencari dan memperoleh ilmu pengetahuan secara
mandiri dan independent. Dalam masa pandemi dan PJJ ini, menjemput ilmu adalah
sebuah keniscayaan. Untuk mengetahui banyak hal pada zaman digital mindset,
tinggal memainkan jari-jemari tangan kita, untuk mengetahui banyak hal di dunia
internet, jari-jemari kita tinggal searching, ilmu ada dalam gengaman kita,
tidak zamanya lagi untuk menunggu ilmu, tapi waktunya menjemput ilmu secara
mandiri dan independen.
2. Digital
Mindset
a. Dahulu : Ajarkan konten kepada peserta didik
b. Sekarang : Tanamkan kompetensi kepada peserta didik
Dahulu, semua konten
diajarkan, karena yang bisa mempelajari konten hanya guru dan sebagain
masyarakat, karena keterbatasan sarana dan prasarana, hanya ada dalam buku
guru, yang jumlahnya pun terbatas.peserta didik hanya bisa menerima di dalam
kelas.
Tetapi di zaman
digitaliisasi ini tentunya dengan digital mindset, guru tinggal meminta kepada
peserta didik atau menanamkan peserta didik tentang kompetensi. Kalau hanya
memberikan konten, maka akan sia-sia dan membuang-buang waktu, untuk diri kita
sendiri juga membuang waktu bagi peserta didik kita.
Tugas kita sekarang
adalah memberi dan menanamkan kompetensi pada peserta didik.
Tidak mungkin kita bisa
menanamkan kompetensi, tanpa ada knowladge atau tanpa ada konten. Seperti yang
dikatakan oleh Mas Menteri, kita harus pindah dari konten base ke outcome base education, intinya adalah siswa
kita pada saat ini, bukan tahu apa, tapi siswa kita bisa apa, kalau mereka bisa mengerjakan
sesuatu, pasti tahu. tapi sebaliknya kalau
hanya tahu dan tidak bisa apa-paa, itu namanya cuma pengetahuan hafalan/kognitif
saja.
Jadi di zaman digital
mindset, dengan kecanggihan sarana seperti internet yang tersambung dengan
chanel youtube dan lainnya, maka peserta didik akan mudah mendapatkan segala
macam konten, bukan dari guru, tetapi dari adanya digital mindset. Semua sudah
tersedia di internet.
3. Digital
Mindset ketiga
a. Dahulu : Belajar dulu baru dipraktekkan kemudian
b. Sekarang : Belajar sambil praktek itu biasa
Dahulu belajar dulu,
teori dulu, prakteknya belakang, kadang ilmu yang dipelajari tidak tahu cara
operasionalnya, tidak bisa menggunakannya dan mempraktekan.
Pada zaman digital
mindset, belajar prakter bersamaan dengan menerima teori, itu adalah hal yang
biasa dan bisa dikatakan harus demikian, jadi tidak sekedar teori tetapi
langsung bisa praktek. Artinya bisa menerapkan dalam kehidupan nyata, bukan
hanya sekedar belajar teori.
Para peserta didik
dengan mudah belajar bersamaan antara teori dan praktek, tanpa harus menunggu
pemberian dari guru, mereka bisa searching sendiri di dunia maya dengan
menjelajah bersama internet.
Mau belajar masak, main
musik, olahraga, belajar matematika. IPA, dan lainnya tinggal klik. Skill atau
keterampilan yang didapat dari zaman digital mindset, atau micro skill, semua
akan terwujud. sehingga mereka bisa belajar, yang bisa di praktekan dalam kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu pendidikan formal, pendidikan informal maupun pendidikan
nonformal, sekarang sudah menjadi konvergensi satu dan lainnya. Seperti belajar
e-learning, bisa dimanasaj, kapan saja dan dengan siapa saja, peserta didik
juga bisa menikmati pembelajaran dengan fun end easy, belajar teori
sambil praktek. Skill bisa dipelajari sejak dini.
4. Digital
Mindset keempat
a. Dahulu : Peserta didik adalah kertas kosong yang
harus diisi
b. Sekarang : Peserta didik adalah manusia yang cerdas yang
harus dibentuk
Pada zaman kita SD
dulu, adalah seperti kertas kosong, yang harus diisi, itu konsep lama. Tetapi
zaman sekarang pada digital mindset, siswa adalah seorang yang cerdas, siswa
adalah manusia yang perlu dibentuk, selalu memiliki konsep, bahwa putra-putri
kita semua, bisa menjadi pribadi yang hebat, menjadi manusia yang cemerlang, penuh
inovatif.
Paradigma ini harus
kita tumbuhkan, harus bisa belajar bersama-sama, belajar seumur hidup,
maksudnya belajar seumur hidup artinya, bahwa kita harus selalu belajar, guru
yang berhenti belajar artinya berhenti menjadi guru, atau BERANI MENGAJAR SIAP
BELAJAR.
Belajar adalah proses
seumur hidup, tidak ada kata akhir. Kehidupan adalah juga sebuah pembelajaran. Guru yang berhenti belajar, artinya dia telah
berhenti menjadi guru, karena belajar sepamjang hidup.
5. Digital
Mindset kelima
a. Dahulu : Berkarya itu harus
kalau sudah dewasa
b. Sekarang : Segala usia terbuka untuk berkarya
Paradigma lama, bahwa
orang kalau mau berkarya harus pntar dulu, harus besar dulu, harus dewasa dan
banyak ilmu pengetahuannya.
Tentunya pendapat dan
persepsi seperti itu, tidak berlaku lagi di zaman digital ini.
Mindset harus kita
rubah, filosofi diatas harus kita perbaharui, bahwa, Berkarya terbuka dari
sejak dini. Segala usia terbuka untuk berkarya, tidak usah menunggu.
Karena pada zaman
digital mindset, dengan teknologi karya-karya yang bersifat digital. mudah
dikembangkan dan mudah diakses oleh berbagai kalangan.
Sangat sesuai pada masa
pandemi covid-19 ini, paradigma dan pola pikir harus menuju digital mindset.
Berkaryalah sejak dini dan terbuka untuk siapasaja. Karya digital sangat mudah
diciptakan dan dikembangkan. Berkaryalah dan berbagilah, ilmu yang Anda punya.
Salam Literasi
Baliku, 6-09-2020