Semangat
Kemerdekaan, dalam Merdeka Mengajar
Oleh:
DewiRo
Tepat
75 tahun lalu, detik-detik mendebarkan, momentum yang sangat berharga bagi
bangsa Indonesia, yaitu detik-detik diproklamasikan kemerdekaan Indonesia oleh Proklamator
kita, Bung Karno dan Bung Hatta...
Dengan
kalimat yang penuh makna, maka pekik kemerdekaan terdengar di seluruh penjuru
Negeri. Kebebasan dari penjajahan yang sudah bertahan 350 tahun. Melumpuhkan
segala sendi-sendi kehidupan, khususnya moral dan kepribadian bangsa karena
kebodohan yang disebabkan penjajahan.
Sudahkah
pendidikan negeri ini merasakan kemerdekaan?
Sudahkah
bangsa ini, merasakan merdeka belajar maupun merdeka mengajar?
Tentang
merdeka belajar mungkin sudah bisa dirasakan, walaupun belum semuanya berjalan sesuai
yang diharapkan, minimalnya sudah bisa terlaksana, seperti USBN yang
dselenggarakan sekolah, rencana menghapus UN, diganti dengan Asesmen Kompetensi
Minimum (AKM) dan survei karakter.
Mas
Menteri, menginginkan pembelajaran tidak hanya di dalam kelas, tapi bisa outing
class. Justru pandemi ini, mewujudkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), dengan
sistem daring. Namun masih banyak kendala yang dialami oleh pelajar maupun
pengajar.
Masih
banyak pelajar yang belum bisa mengenyam Pendidikan secara maksimal, padahal
mereka mempunyai cita-cita mulia, untuk bisa cerdas, agar tidak tertindas oleh
kebodohan, yang akan menjerumuskan ke lubang kesengsaraan, seperti penjajahan
masa lalu akibat kebodohan. Masih banyak para pelajar di seluruh penjuru negeri
yang tidak atau belum mempunyai sarana untuk PJJ, baik itu gawai maupun
terkendala oleh kuota dan juga faktor alam yaitu sinyal.
Bagaimana
dengan merdeka mengajar?
Mungkin
sangat sulit diterapkan, karena Pendidikan Nasional Indonesia mengacu pada
kurikulum yang sudah ditentukan oleh pemerintah.
Karena,
untuk bisa merdeka mengajar, guru harus mampu melakukan terobasan pembelajaran
yang inovatif, mampu terwujudkan ke dalam kreativitas disegala kondisi dan
keterbatasan sarana maupun prasarana.
Guru
harus mampu mendesain pembelajaran, dengan segala kreativitas dan terobosan
pembelajaran yang inovatif, itulah kemerdekaan mengajar. Ditambah bisa
menciptakan sebuah program pembelajaran yang menarik bagi siswa. Kreativitas
ini, membentuk dan menciptakan guru maupun siswa yang berprestasi dan
berkarakter.
Dengan
segala daya dan upaya, guru harus mampu mengkombinasikan model, strategi,
tehnik dan taktik serta metode pembelajaran, yang akan membuat siswa dengan
mudah menerima materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru, sehingga Kompetensi
Inti Dan Kompetensi Dasar yang esensial mampu dan bisa dikuasai oleh siswa
dengan baik
Inilah
saat yang tepat bagi para guru, untuk menciptakan kemerdekaan dalam mengajar. Dengan
kreativitas dan inovasi pembelajaran dalam PJJ, dengan daring maupun luring
atau mengkombinasikan keduanya, baik secara online maupun offline.
Kami,
di SMP Negeri 1 Kuta Selatan, bersama-sama, bahu membahu, saling berbagi dan
bersinergi, untuk bisa melaksanakan PJJ pada masa pandemi ini dengan semaksimal
kemampuan kami.
Tentunya
semua upaya pembelajaran harus mengedepankan keberpihakan terhadap kepentingan
siswa. Bukan sesuai kemampuan dan keinginan guru.
Kami
para guru, menggunakan metode dan model yang berbeda, tetapi tetap mengacu pada
kepentingan dan keberpihakan kepada para siswa.
Kebanyakan
menggunakan Google Classroom (GCR), masih uji coba Microsoft Office 365.
Saya
sendiri memanfaatkan rumah Google Suite, yang di dalamnya banyak aplikasi yang
bisa kita berdayakan seperti Google Formulir, bisa untuk presensi maupun
tugas-tugas. Google Drive yang berkapasitas 15 GB untuk menyimpan data-data
penting dan tugas para siswa.
Ada
google Spreadsheet atau Microsoft excel,
untuk penghitungan berupa data angka, membuar grafik/chart, form cell.
Google
Sites untuk membuat web pribadi atau web mini, yang fungsinya hampir seperti
GCR, tapi menurut saya lebih simpel dan lebih mudah diakses oleh para siswa, bisa
memuat materi, tugas, video dan lainnya, dan bisa menambah materi sesuai
kebutuhan dengan link yang sama.
Yang
paling anyar dari G-Suite adalah aplikasi Google Meet, ini sangat praktis,
tidak perlu creat room untuk membuat meeting, siapapun bisa jadi hostnya.
Masih
banyak lagi aplikasi selain G-Suite dengan berbagai aplikasi seperti Kahoot
yang asyik juga untuk pembelajaran, sekali waktu kita bisa vicon tatap muka
langsung dengan siswa menggunakan Zoom Cloud Meeting atau Cisco Webex, buat
soal dengan Quiziis, Etmodo, Schoology dan lainnya.
Apapun
canggihnya teknologi, wajib bagi guru untuk memperhatikan kebutuhan, kemampuan
dan keadaan siswa, keperpihakan terhadap kepentingan siswa, harus diutamakan.
Mari
berkreasi dan berinovasi tiada henti, terus meng-update dan meng-upgrade
diri, agar tidak terlindas oleh zaman. Khususnya di era pendidikan 4.0, menuju
tol langit pendididkan, yang mutlak berorientasi dan berbasis IT.
Untuk
mewujudkan pendidikan nasional agar tetap maju dan berkembang, walau PJJ dan
berbasis virtual tidak menghentikan merdeka belajar maupun merdeka mengajar,
menuju Generasi Emas Indonesia.
Tetap
isi kemerdekaan dengan segala kemampuan yang ada, untuk membentuk mental-mental
tangguh yang berkarakter, agar tidak terkikis zaman.
Peserta lomba blog nomor 97
ReplyDeleteterima kasih Om Jay
ReplyDelete