KURIKULUM PROTOTIPE, KURIKULUM PARADIGMA BARU 2022, SIAPKAH KITA WUJUDKAN?
Harus siap….
Gebrakan Mas Menteri terus berlanjut, di awal Desember
ini ada kurikulum baru yang bertajuk Kurikulum Paradigma Baru 2022.
Dari sumber BPI (Blog Pendidikan Indonesia) abad 21 dengan judul Kurikulum Paradigma Baru 2022 Bukan Paksaan, Hanya
Pilihan.
Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesman Pendidikan, Bapak Anindito
Aditomo mengatakan, “Kita tidak akan memaksa semua sekolah menggunakan
kurikulum yang baru. Ini akan ditawarkan sebagai opsi. Sama seperti kurikulum
kondisi khusus (kurikulum darurat) tahun lalu. Jadi di 2022, kita tawarkan
kurikulum baru (prototipe), sebagai salah satu opsi tambahan bagi sekolah yang
percaya dan merasa sudah siap menerapkan. Jadi bukan paksaan melainkan
melainkan tumbuh secara organik demikian yang disampaikan Kepala Badan Standar Kurikulum
dan Asesmen Pendidikan. Lalu seperti apakah kurikulum paradigma baru ini? Mari
kita simak kutipan dari BPI abad 21.
Mulai tahun pelajaran 2021-2022, Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah
meluncurkan Kurikulum Paradigma Baru sebagai penyempurnaan
dari Kurikulum 2013 (KTSP 2013). Kurikulum Paradigma Baru ini akan
diberlakukan secara terbatas dan bertahap melalui Program Sekolah Penggerak
(PSP) dan pada akhirnya akan diterapkan pada setiap satuan pendidikan yang ada
di Indonesia. Sebelum diterapkan pada setiap satuan pendidikan, ada 7 (tujuh) hal baru yang ada dalam Kurikulum Paradigma
Baru tersebut.
Pertama, struktur kurikulum, Profil Pelajar Pancasila (PPP) menjadi
acuan dalam pengembangan Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian,
atau Struktur Kurikulum, Capaian Pembelajaran (CP), Prinsip Pembelajaran, dan
Asesmen Pembelajaran. Secara umum Struktur Kurikulum Paradigma Baru terdiri
dari kegiatan intrakurikuler berupa pembelajaran tatap muka bersama guru dan
kegiatan proyek. Selain itu, setiap sekolah juga diberikan keleluasaan untuk
mengembangkan program kerja tambahan yang dapat mengembangkan kompetensi
peserta didiknya dan program tersebut dapat disesuaikan dengan visi misi dan
sumber daya yang tersedia di sekolah tersebut.
Kedua, hal yang menarik dari Kurikulum Paradigma Baru yaitu jika
pada Kurikulum 2013 (KTSP 2013) kita mengenal istilah KI dan KD yaitu
kompetensi yang harus dicapai oleh siswa setelah melalui proses pembelajaran,
maka pada Kurikulum Paradigma Baru kita akan berkenalan dengan istilah baru yaitu Capaian
Pembelajaran (CP) yang merupakan rangkaian pengetahuan, keterampilan,
dan sikap sebagai satu kesatuan proses yang berkelanjutan sehingga membangun
kompetensi yang utuh. Oleh karena itu, setiap asesmen pembelajaran yang akan
dikembangkan oleh guru haruslah mengacu pada capaian pembelajaran yang telah
ditetapkan.
Ketiga, pelaksanaan proses pembelajaran dengan pendekatan tematik yang selama ini
hanya dilakukan pada jenjang SD saja, pada kurikulum baru diperbolehkan untuk
dilakukan pada jenjang pendidikan lainnya. Dengan demikian pada jenjang SD
kelas IV, V, dan VI tidak harus menggunakan pendekatan tematik dalam
pembelajaran, atau dengan kata lain sekolah dapat menyelenggarakan pembelajaran
berbasis mata pelajaran.
Keempat, jika dilihat dari jumlah jam pelajaran, Kurikulum Paradigma Baru tidak
menetapkan jumlah jam pelajaran perminggu seperti yang selama ini berlaku
pada Kurikulum 2013 (KTSP 2013), akan tetapi jumlah jam pelajaran
pada Kurikulum Paradigma Baru ditetapkan pertahun. Sehingga setiap sekolah
memiliki kemudahan untuk mengatur pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Suatu
mata pelajaran bisa saja tidak diajarkan pada semester ganjil namun akan
diajarkan pada semester genap atau dapat juga sebaliknya, misalnya mata
pelajaran IPA di kelas VIII hanya diajarkan pada semester ganjil saja.
Sepanjang jam pelajaran pertahunnya terpenuhi maka tidak menjadi persoalan dan
dapat dibenarkan.
Kelima, Sekolah juga diberikan keleluasaan untuk menerapakan model
pembelajaran kolaboratif antar mata pelajaran serta membuat asesmen lintas mata
pelajaran, misalnya berupa asesmen sumatif dalam bentuk proyek atau
penilaian berbasis proyek. Pada Kurikulum Paradigma Baru siswa SD paling
sedikit dapat melakukan dua kali penilaian proyek dalam satu tahun pelajaran.
Sedangkan siswa SMP, SMA/SMK setidaknya dapat melaksanakan tiga kali penilaian
proyek dalam satu tahun pelajaran. Hal ini bertujuan sebagai penguatan Profil
Pelajar Pancasila.
Keenam, untuk mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang pada Kurikulum
2013 (KTSP 2013) dihilangkan maka pada Kurikulum Paradigma Baru mata
pelajaran ini akan dikembalikan dengan nama baru yaitu Informatika dan
akan diajarkan mulai dari jenjang SMP. Bagi sekolah yang belum memiliki
sumber daya/guru Informatika, tidak perlu
khawatir untuk menerapkan mata pelajaran ini, karena mata pelajaran ini tidak harus diajarkan oleh
guru yang berlatar belakang TIK/Informatika, namun dapat diajarkan oleh
guru umum. Hal ini disebabkan karena pemerintah melalui Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah mempersiapkan buku pembelajaran
Informatika yang sangat mudah digunakan dan dipahami oleh pendidik dan peserta
didik.
Ketujuh, untuk mata pelajaran IPA dan IPS pada jenjang Sekolah Dasar Kelas IV, V,
dan VI yang selama ini berdiri sendiri, dalam Kurikulum Paradigma Baru kedua
mata pelajaran ini akan diajarkan secara bersamaan dengan nama Mata
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Sosial (IPAS). Hal ini bertujuan agar
peserta didik lebih siap dalam mengikuti pembelajaran IPA dan IPS yang terpisah
pada jenjang SMP. Sedangkan pada jenjang SMA peminatan atau penjurusan IPA,
IPS, dan Bahasa akan kembali dilaksanakan pada kelas XI dan XII. KURIKULUM PROTOTIPE sebagai Kurikulum Paradigma baru 2022. Sumber BPI Abad 21.
Woow… ini tentunya benar-benar
terobosan yang spektakuler, dipoint pertama pembelajaarn kontekstual berbasis
proyek seperti Presisi (Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Seni dan Budaya)
mulai dijadikan kurikulum nasional, dimana yang selama ini masih menjadi
kurikulum terpisah, atau kurikulum yang ada kita modifikasi, sesuai dengan KD
yang diperlukan atau yang terintegrasi dengan proyek siswa. Tentunya
keperpihakan terhadap kepentingan peserta didik, dimana sekolah diberi
keleluasan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik. Point kedua
kita temukan istilah Capaian
Pembelajaran (CP), sebagai penganti istilah KI dan KD, yang merupakan rangkaian pengetahuan,
keterampilan, dan sikap sebagai satu kesatuan proses yang berkelanjutan
sehingga membangun kompetensi yang utuh.
Point ketiga, tentang
pembelajaran tematik dalam kurikulum baru ini bisa dilaksanakan dalam jenjang
Pendidikan lainnya, tidak hanya jenjang SD, dan sebaliknya tematik bisa
dilaksanakan selain jenjang SD. Ini tentunya akan membawa keberagaman
pembelajaran yang sesuai baik tematik maupum berbasis Mapel. Point keempat,
jam mapel semakin praktis bisa ditentukan pertahun atau persemester seperti
dibangku perkuliahan, Untuk poin kelima ada hubungannya dengan pont pertama
yaitu bisa mengeterapkan asesmen penilaian secara terintegrasi dengan mapel
lain dan bisa berbasis proyeksebagai implementasi dari penguatan karakter
Profil Pelajar Pancasila. Juka ini dikembangkan dengan maksimal. Maka dari
sejak dini siswa sudah dibekali pembelajaran berbasis skill, yang bisa
diterapkan langsung dalam kehidupan nyata, ini sejalan dengan pembelajaran
Presisi.
Point keenam, sebagai upaya pemerintah dalam
masyarakatkan tehnologi dan informatika, yang selama ini masih menjadi kendala
dalam SDM budang ini. Pada kurikulum paradigma baru, diharapkan semua guru
melek IT, karena pembelajaran IT akan dikemas dengan lebih sederhana dalam
artian mudah dipahami oleh peserta didik, maupun guru umum. Mungkin poin
ketujuh ini, akan terasa berat pada awalnya, namun tentunya pemerintah sudah
mempertimbangkan dalam pengkajian yang matang. Agar peserta didik jenjang dasar
siap untuk menghadapi ke jenjang yang lebih tinggi.
Apapun keputusan
atau kebijakan dari pemerintah tentunya sudah dengan pengkajian yang matang,
untuk perbaikan sistem pendisiskan nasional yang lebih bermartabat. Sebagai gambaran bahwa kurikulum prototipe melanjutkan arah pengembangan kurikulum sebelumnya, dimana point-poin pokok
yanga da dari setiap kurikulum berbeda seperti:
A.
KURIKULUM PROTOTIPE
1.
Orientasi
holistik: kurikulum dirancang untuk mengembangkan murid secara holistik,
mencakup kecakapan akademis dan non-akademis, kompetensi kognitif, sosial,
emosional, dan spiritual.
2.
Berbasis
kompetensi, bukan konten: kurikulum dirancang berdasarkan kompetensi yang ingin
dikembangkan, bukan berdasarkan konten atau materi tertentu.
3.
Kontekstualisasi
dan personalisasi: kurikulum dirancang sesuai konteks (budaya, misi sekolah,
lingkungan lokal) dan kebutuhan murid Perbedaan esensial Kurikulum K-13 Pembelajaran yang
mendalam (diskusi, kerja kelompok, pembelajaran berbasis problem dan projek,
dll.) perlu waktu.
B.
Kurikulum DARURAT
Materi yang terlalu padat
akan mendorong guru untuk menggunakan ceramah satu arah atau metode lain yang efisien dalam mengejar ketuntasan penyampaian materi.
C.
Kurikulum
PROTOTIPE
Berfokus pada materi esensial di tiap mata pelajaran,
untuk memberi ruang/waktu bagi pengembangan kompetensi, terutama kompetensi mendasar seperti
literasi dan numerasi, secara lebih
mendalam
D.
KARAKTERISTIK Kurikulum Prototipe PAUD
·
Kegiatan bermain
sebagai proses belajar yang utama
·
Penguatan
literasi dini dan penanaman karakter melalui kegiatan bermain-belajar berbasis buku bacaan anak Fase Fondasi untuk meningkatkan kesiapan bersekolah.
·
Pembelajaran
berbasis projek untuk penguatan profil Pelajar Pancasila dilakukan melalui
kegiatan perayaan hari besar dan perayaan tradisi lokal
Pembelajaran
berbasis projek dinilai membantu guru dalam mengembangkan karakter dan soft
skills siswa “... kegiatan projek diharapkan dapat menjadi solusi
dari masalah waktu belajar yang terlalu padat dihabiskan untuk pembelajaran
intrakurikuler, dengan adanya projek
penguatan profil pelajar Pancasila dan didukung oleh struktur kurikulum
prototipe, kami dapat mempersiapkan peserta didik dengan pengalaman pengetahuan
dan kompetensi yang sesuai dengan tuntutan zaman.”
Bergeraklah dengan hati, Pulihkan Pendidikan maka
Indonesia akan Tumbuh dan Indonesia akan Tangguh. Mari kita songsong dan
wujudkan Generasi Emas 2045.